Keindahan alam, plus uniknya ragam kebudayaan yang ada di Sulawesi Utara (Sulut), menggelitik seorang wanita asal Solo, Rose Kampoong yang kemudian mengabadikannya melalui fotografi natural, Bumi Karema.
Dalam buku foto, tentang 15 kabupaten dan kota di Nyiur Melambai, istri tercinta dari Jendral Polisi berbintan dua ini mengungkap bahwa Sulut punya yang khas mulai dari alam, budaya, kuliner hingga music tradisionalnya. “Mengapa saya memilih penamaan atau judul Bumi Karema, karena Karema itu perempuan dan ibu tanah Minahasa. Perempuan utama yang kuat, saat menyebut Karema, maka akan tahu ini adalah Sulut. Unik, kuat dan cantik,” kata Rose pada Manadones siang tadi dalam bedah buku foto yang digelar di D Linow Resto Tomohon.

Untuk semua keindahan yang disajikannya ini, Ibu tiga putra putri yang hobi fotografi ini hanya butuh waktu dua tahun untuk memotret segala pesona unik daerah tercinta ini, dan tiga bulan menyelesaikannya dalam sebuah buku foto yang kini telah mendapat restu langsung dari Menteri Pariwisata, Arief Jahja sebagai buah tangan terbaik untuk para pecinta Pesona Indonesia di mancanegara dan dalam negeri. Dia pun menyebut, karya nya ini sebagai sebuah persembahan keluarga Bambang Waskito untuk Sulut dan Indonesia.
Wali Kota Tomohon, Jimmy Eman juga menyambut baik hadirnya buku yang juga menceritakan pesona si Kota Bunga. “Dari buku ini kita tahu potensi lainnya yang ada di Sulut. Terutama Tomohon yang hadir dalam sebuah buku foto berwarna,” tutur Eman sambil mengucapkan terima kasih pada mantan Ketua Bhayangkari Polda Sulut ini.
Sementara itu beberapa narasumber dalam bedah buku foto dari Bumi Karema, menyebut buku foto ini sebagai buku yang layak dimiliki. “Karena buku ini merupakan salah satu penyelamat kebudayaan. Termasuk kebudayaan kami yang hampir punah yaitu ritual menjemput tamu yang menggunakan syair dan alunan music sakral, yaitu alat musik Rambabo yang terangkat dalam buku ini,” terang salah satu budayawan dan pelestari alat music tradisional sacral dari Kabupaten Bolaang Mongondouw, Chairul Mokoginta.
Begitu juga yang diungkapkan Ivan Kaunang, akademisi sekaligus pemerhati kebudayaan menjelaskan bahwa penggunaan Karema, adalah hal yang luar biasa dan menarik, karena Karema adalah salah satu yang disakralkan di Minahasa, walau sang ibu tua ini masuk dalam legenda awal tanah Minahasa. Walau begitu, Kaunang memberikan masukan tentang dua hal yaitu penyebutan dewi yang disebutnya sebagai penyebutan yang kurang pas, karena Minahasa tidak ada penggunaan kata tersebut, walau masuk sebagai yang disakralkan, serta penggunaan kata mantra yang baiknya disebut sebagai syair.
Karema sendiri, kemudian disebut sebagai salah satu wanita yang sakral yang memiliki kekuatan yang luar biasa. “Dan inilah yang membuat saya malu, bahwa seorang yang tidak memiliki darah Minahasa, namun bisa menangkap keindahan tanah kami melalui karyanya,” tambah Tommy Sumakul, salah satu akademisi yang hadir pada kegiatan yang masuk dalam rangkaian kegiatan utama Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2019.Buku foto Bumi Karema sendiri telah dilaunching sejak Maret 2019 lalu di Hotel Borobudur Jakarta. Bravo, banyak selamat untuk Bumi Karema dan Ibu Rose. (graceywakary)