Menteri Kebudayaan Catat Cagar Budaya Nasional Capai 228 Unit

Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat ditemui di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis. (ANTARA/ Putri Hanifa)

 

 

Bacaan Lainnya

 

 

 

 

JAKARTA, 10 FEBRUARI 2025 (ANTARA) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, hingga kini pihaknya mencatat kekayaan keragaman budaya berupa cagar budaya nasional mencapai sebanyak 228 cagar budaya.

 

“Berdasarkan data yang terdapat di Kementerian Kebudayaan, kekayaan keragaman budaya kita berupa cagar budaya yang berperingkat nasional berjumlah 228 cagar budaya, ini sebenarnya masih jauh dari pencatatan kita yang begitu banyak jumlahnya,” ujar Fadli dalam seminar internasional pantun nusantara yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin. Ia menambahkan, warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan dalam level nasional mencapai sekitar 2.213 warisan budaya serta 16 warisan budaya yang telah inskripsi di UNESCO. “Yang terakhir itu adalah Reog Ponorogo kemudian secara bersama-sama join nomination untuk kebaya dan juga musik kolintang dan tentu saja pantun di tahun 2020,” ungkapnya.

Baca juga  Ketua POSSI Sulut Siapkan Bonus Spesial untuk 3 Atlet Selam Peraih Medali di PON XXI

 

Pihaknya pun berkomitmen untuk menjaga warisan budaya, termasuk warisan budaya tak benda yakni pantun melalui sosialisasi yang diperkuat dengan menggandeng berbagai pihak misalnya asosiasi dan komunitas sehingga kelestarian pantun dapat terlaksana. Menurutnya, pantun merupakan cerminan kebijaksanaan lokal yang sarat akan pesan moral, sehingga hal ini menjadi tugas bersama berbagai lapisan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan. Dalam berbagai kegiatan yang kini turut disertasi ekspresi dengan menghadirkan pantun, menurutnya kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran dari banyak pihak soal kekayaan tradisi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2020 lalu.

 

Sementara agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, tradisi lisan ini dapat dilestarikan melalui pemanfaatan teknologi digital. Misalnya pembuatan pantun melalui AI hingga memperkenalkan pantun dalam media sosial dan aplikasi digital lainnya. “Karena era digital in menawarkan berbagai platform untuk memperkenalkan pantun di generasi muda termasuk media sosial yang tidak terbatas kita punya media sosial yang cukup banyak pilihannya dan ini menjadi kehidupan sehari-hari,” katanya. Mempertahankan pantun dalam bentuk tradisional menurutnya menjadi hal yang penting, namun demikian juga perlu mengonversi budaya tradisional secara modern agar mudah disentuh lapisan masyarakat.

Baca juga  Stafsus Presiden Dukung Independensi Komisi Nasional Disabilitas

Pewarta : Sinta Ambarwati

Editor : Zita Meirina

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Manadones di saluran WHATSAPP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *