JAKARTA, 22 OKTOBER 2025 (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menampilkan foto Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dengan narasi yang mengklaim bahwa beliau menyebut harga asli Pertalite hanya Rp4.000 per liter, namun dijual oleh Pertamina seharga Rp10.000. Dalam unggahan tersebut, warganet juga mempertanyakan ke mana selisih Rp6.000 dari penjualan bahan bakar tersebut.
Berikut narasi dalam foto tersebut:
“MENKEU PURBAYA: PERTALITE hanya Rp. 4.000 mereka jual 10.000, Padahal dijual 4.000 sudah untung besar, Udah gitu di OPLOS lagi.”
Foto tersebut ditambahkan narasi:
“Kata Menkeu Purbaya: “sejatinya dasar Pertalite hanya Rp. 4.000, tapi mereka jual dengan harga Rp.10.000”
Harga jual Rp10.000/liter, tapi biaya produksinya cuma Rp4.000 — itu pun sudah untung besar!
Belum cukup di situ, malah di-oplos lagi… Gak heran performa mesin makin gak stabil, boros, dan kadang muncul gejala knocking. Kalau kayak gini terus, yang jadi korban tetap kendaraan rakyat kecil. Coba aja bandingin suara mesin antara BBM murni dan oplosan, pasti langsung kerasa bedanya, Warganet : Rp 10.000 – Rp 4.000 = Rp 6.000 selisihnya lari kemana”
Namun, benarkah Purbaya sebut harga asli pertalite Rp4.000 perliter?
Penjelasan:
Berdasarkan penelusuran tidak ada pernyataan resmi dari Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang menyebut harga asli Pertalite Rp4.000 per liter.
Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta pada Selasa (30/9), Purbaya menjelaskan bahwa Pertalite sebenarnya memiliki harga keekonomian sebesar Rp11.700 per liter, tetapi dijual Rp10.000 per liter karena mendapatkan subsidi sebesar Rp1.700 per liter (sekitar 15%).
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah menanggung selisih antara harga keekonomian dan harga jual kepada masyarakat melalui subsidi dan kompensasi APBN.
Tahun 2024, total anggaran subsidi energi tersebut mencapai Rp56,1 triliun dan dinikmati oleh sekitar 157,4 juta kendaraan di Indonesia. Tayangan lengkapnya bisa dilihat di sini
Klaim: Purbaya sebut harga asli pertalite Rp4.000 perliter
Rating: Hoaks
(Pewarta: Tim JACX, Editor: M Arief Iskandar)