Jernihnya Telaga Bidadari di Airmadidi

Jaraknya dari pusat kota Manado hanya sekira 13 km, dan jika dari Bandara Sam Ratulangi hanya sekira 5 km.

Tempat yang berada di Airmadidi bawah ini bukanlah tempat keramat ataupun tempat pemujaan keagamaan atau aliran kepercayaan. Jauh sebelumnya, warga sekitar menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat yang dijaga karena merupakan salah satu sumber mata air. Dan kini, tempat ini telah dijadikan aset wisata andalan Kabupaten Minahaasa Utara (Minut), namun serta merta membuat warga sekitar tidak bisa menggunakannya lagi atau sekadar mengambil air jernih dan dingin di telaga sekaligus mata air ini.

Bacaan Lainnya

“Warga kadang masih menggunakan airnya untuk kegiatan sehari hari,” ungkap Toar warga sekitar pada Manadonese Magazine yang berkunjung ke area wisata yang tidak terlalu luas ini.

Baca juga  Duo Jagoan Timnas Indonesia jadikan Bali Tempat Mengisi Liburan

Telaga ini sendiri, disebut sebagai saksi dari legenda awal kehidupan suku Tonsea yang ada di Minut.

Cerita rakyat ini sendiri terukir di dinding yang mengitari area telaga Tumatenden.

Ya, telaga Tumatenden tidak lepas dari kisah Mamanua, Lumalundung dan Walan Sendow

Dimana ribuan tahun lalu (konon), sembilan puteri dari kayangan sudah sering berkunjung ke bumi. Salah satu tempat yang disenangi para puteri kayangan itu adalah tempat pemandian telaga Tumatenden yang digunakan juga sebagai tempat mandi mereka.

Suatu waktu, tanpa sengaja pria yang menjaga area sekitar telaga ini dan dipanggil dengan sebutan, Mamanua ini memergoki aktivitas para puteri cantik ini, dan langsung jatuh cinta pada salah satu puteri langit yang bernama Lumalundung. Dia pun mengambil dan menyembunyikan sayap milik Lumalundung, (sayap ini konon jika tidak digunakan para puteri, akan berubah menjadi selendang indah), aksinya ini juga membuat puteri yang dicintainya tidak bisa kembali ke kayangan diatas langit karena tidak bisa terbang.

Baca juga  Surga Tersembunyi di Atoga Timur

Lumalundung akhirnya berhasil dibujuk untuk tinggal di bumi dan dinikahi oleh Mamanua. Hasil pernikahan ini, lahirlah Walansendow.

Sayangnya, saat baru berusia beberapa bulan, Walansendow harus kehilangan sang ibu, Lumalundung karena berhasil menemukan sayap kesayangannya yang

disembunyikan Mamanua. Diapun  segera terbang ke langit.

Anda penasaran dengan kisah ini? Maka tidak ada salahnya Anda berkunjung langsung ke tempat ini, karena jawabannya terlihat langsung di lukisan yang ada di tembok sekitar pemandian ini.

Liburan masih panjang, gunakanlah untuk melihat pesona pesona indah yang ada di sekitar kita. #manadonese (graceyw)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *