MANADO – Sejak pukul 08.00 Wita, Audy Sumendap terlihat mulai mempersiapkan peralatan selamnya di area Pantai Malalayang, Manado.
Dia bersama, Kompol Ermy Setyawati Polisi Wanita (Polwan) yang bertugas di Polda Sulut, terlibat diskusi ringan tentang mempersiapkan tim untuk melakukan monitoring koral yang berkelanjutan dengan menggunakan metode yang telah disusun oleh Ikatan Sarjana Kelautan Unsrat (ISKU), yang didalamnya adalah para lulusan dan peneliti kelautan Unsrat yang diakui keberadaannya.
Menurut Kompol Ermy, makin berkembangnya Pantai Malalayang dan Kalasey sebagai destinasi milik public sekaligus para pecinta dunia bawah air, maka keragaman yang mulai terlihat di area pantai harus dijaga dan terus mendapatkan perhatian serius. “Pantai ini kian subur, koral koral yang ditanam mulai terlihat makin berkembang. Artinya, semakin kita harus melakukan pemantauan dan masyarakat setempat harus kita libatkan,” Kata Ermy yang juga adalah pemilik sertifikat selam dari PADI.
Tidak berapa lama, salah satu pelatih selam dari CMASS POSSI, Nelson Uada juga ikut terlibat diskusi. Ketiganya pun memutuskan untuk bersama sama membantu aktuvitas ISKU dan peneliti lain agar tetap menjadikan Pantai Malalayang dan Kalasey area perlindungan dan pemanfaatan berkembangnya ikan dan rumah ikan serta sebagai salah satu destinasi public untuk wisatawan yang ingin menyelam atau diving.
“Kami sejak 2005 melalui klub Boboca sudah melakukan beberapa kegiatan menyediakan rumah ikan dengan metode beragam mulai dari ban bekas hingga pure block dan reef block hingga besi dan semuanya menjadi rumah ikan sekaligus spot. Dan kini melalui kegiatan ISKU, klub klub menyelam dan Unsrat, rumah ikan buatan makin banyak,” sebut Nelson, untuk itu dikatakan Nelson, perlu adanya monitoring berkelanjutan dari para pemilik keilmuan tentang laut dan perikanan.
Sekira pukul 09.30 Wita, terlihat sudah lima orang yang siap lengkap dengan gunting antikarat, doubletip dan pisau selam. Manadones pun berkesempatan ikut serta pada kegiatan monitoring untuk rumah ikan milik ISKU yang luasnya sekira dua lapangan Badminton dan telah ada sekitar empat tahun lalu, terlihat koral koral dengan warna warni yang indah tumbuh dengan sehat dikedalaman sekira lima meter. Media yang digunakan adalah campuran paralon dan semen yang dibentuk menjadi meja meja panjang hingga 2 meter, diatasnya kemudian diikatlah koral yang sudah disediakan dengan doubletip. Dari Area tim berlanjut melakukan pembersihan pada area milik Loreal dan Philips serta milik Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut, yang juga memiliki menggunakan transplantasi koral hampir serupa dengan ISKU.
Hampir 80 menit melakukan aktivitas ini, tim pun kembali ke darat. Hasilnya pun dipaparkan oleh Audy. Menurutnya, ditemukan beberapa kerusakan, namun tidak terlalu berat karena patahan media, disebabkan pertumbuhan koral yang makin besar luar biasa. Lulusan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unsrat ini menerangkan bahwa Pantai Malalayang dan Kalasey sebagai aset besar untuk pertumbuhan rumah ikan. Jadi harus selalu dijaga dan dilindungi, Malalayang Kalasey kini makin dikenal sebagai laboraturium hidup perikanan sekaligus tempat latihan selam dan aktivitas selam yang menyenangkan, ungkapnya. (*)