MANADO, 9 OKTOBER 2025 – Blue Carbon, yang dimiliki Sulawesi utara (Sulut), mampu memberikan nilai besar pada pemasukan asli daerah (PAD) setiap tahunnya.
Tidak tanggung tanggung, ada nilai Rp100 miliar yang akan jadi keuntungan Pemerintah Provinsi (Pempro), jika mendorong pemanfaatan terumbu karang, mangrove dan padang lamun ke dalam bursa karbon. Ini diungkap langsung oleh Deputi Komisioner Pengawasan, Transaksi Efek dan Pemeriksaan Khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI, IB Aditya Jayantara dalam Sosialisasi Perdagangan Karbon di Bursa Karbon bagi Lembaga Jasa Keuangan dan Pelaku Industri di Daerah, yang digelar pagi tadi di Aula Mapalus Kantor Gubernur, Manado.
“Berdasarkan data yang ada, potensi ekonomi karbon di Sulawesi Utara sangat besar. Terutama dari sektor lingkungan, seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang, nilai Blue Carbon yang mereka hasilkan bisa Rp100 miliar per tahun, ini jadi peluang dan bisa dioptimalkan,” kata Jayantara, sambil menyebut pengembangan perdagangan karbon berbasis blue carbon dari ketiga ekosistem ini, amat disukai publik internasional. Ditambahkan juga, IDX Carbon yang diawasi langsung oleh OJK RI telah menjadi bursa karbon terbaik di negara berkembang, dan meraih penghargaan “Best Official Carbon Exchange in an Emerging Economy” dari Green Cross United Kingdom di ajang Carbon Positive Awards 2025.
Hal positif yang mampu mendongkrat pertumbuhan ekonomi Sulut ini, telah menjadi perhatian gubernur Sulut, Ini diuraikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulut, Tahlis Gallang saat membacakan sambutan dari Gubernur Yulius Selvanus. Diurai bahwa Blue Carbon ini terjaga dengan baik di Sulut. “Potensi laut kita memang luar biasa, dan ini sudah disiapkan oleh Gubernur Sulut, dengan nantinya menggandeng Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD,” tutur Galang.
Pada MANADONES, Kepala Bidang Pemanfaatan Ruang Laut dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulut Audy Dien menyebut total dari keseluruhan ekosistem biru pada pemetaan citra satelit 2021 di 13 daerah tingkat dua dari 15 kabupaten dan kota di Sulut mencapai 56,407.71 Ha. “Semuanya terjaga dan masing masing masuk dalam area konservasi kami. Yang terbanyak memang terumbu karang,” jelasnya. Kepala Kantor OJK Sulutgomalut Robert Sianipar juga mendorong para pelaku pasar saham yang telah ada di nyiur melambai untuk bisa berkontribusi. (gracey wakary)





