Si Putra Paniki Bawah, AA Maramis jadi Pahlawan Nasional

MANADO – Presiden Jokowi siang tadi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Alexander Andries Maramis, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mr. AA Maramis.

Gelar pahlawan nasional ini, dianugerahkan padanya bersama dengan lima tokoh nasional lainnya yaitu (alm) Ruhana Kuddus, tokoh dari Provinsi Sumatera Barat, (alm) Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yii Ko) tokoh dari Provinsi Sulawesi Tenggara, (alm) Sardjito tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta, (alm) Abdul Kahar Mudzakkir tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta, dan (alm) KH Masjkur tokoh dari Provinsi Jawa Timur, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 120/TK/Tahun 2019 yang ditandatangani pada 7 November 2019 Presiden Jokowi.

Bacaan Lainnya
6. Mr. A.A. Maramis

Mereka, seperti yang disebutkan dalam laman Setneg RI, disebutkan para pahlawan nasional ini dianggap berjasa dalam perjuangan di berbagai bidang untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.

Baca juga  Si Pipefish Termungil di Dunia ini ada di Lembeh

AA Maramis pada saat pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Maramis punya peran penting yang luar biasa, dia diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945.

Dimana dalam badan ini, Maramis termasuk dalam Panitia Sembilan yang ditugaskan untuk merumuskan dasar negara dengan berusaha menghimpun nilai-nilai utama dari prinsip ideologis Pancasila yang digariskan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Putra Paniki Bawah ini, juga masuk dalam Panitia Lima yang ditugaskan untuk mendokumentasikan perumusan Pancasila.

AA Maramis dan istrinya Elizabeth Marie Diena Veldhoedt, saat tiba di Indonesia setelah lama menetap di Swiss.

Suami dari Elizabeth Marie Diena Veldhoedt juga dikenal sempat menjadi duta besar Indonesia untuk beberapa negara seperti Filipina, Jerman, Soviet dan Finlandia. Saat mengakhiri karirnya sebagai diplomat, Maramis dan istrinya menetap di Lugano Swiss.  Setelah hampir 20 tahun tinggal di luar Indonesia, Maramis kembali ke Indonesia pada tanggal 27 Juni 1976 ia tiba di Jakarta.

Baca juga  Gempa 7,1 SR Rawan Tsunami

Pada bulan Mei 1977, putra terbaik Nyiur Melambai ini dirawat di rumah sakit setelah mengalami perdarahan, dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1977 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Penganugerahan yang digelar di Istana Negara, Jakarta siang tadi yang dihadiri oleh para ahli waris dari keenam tokoh tersebut. Salah satu kerabat dekat Maramis yang ada di Paniki Bawah Kecamatan Mapanget, Meity Pandean mengaku sangat bangga. “Sebuah kehormatan bagi kami, dan ini pengakuan nasional atas kerja keras AA Maramis pada negara ini,” ungkap Nones yang tidak lain adalah keponakan dari mantan menteri keuangan pertama RI pada manadones. (graceywakary)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *