TAHUNA — Bagi mereka, menghentikan waktu dengan memotret, bukan lah sebuah kegiatan hobi yang biasa saja, karena dibutuhkan kejelian mata melihat obyek dan memadukannya dengan cahaya hingga menghasilkan pesona indah untuk jiwa.
Jadi bukan hanya berbekal atau memiliki kamera SLR/DSLR dan kamera poket saja, harus ada sentuhan khas dari pemilik kamera. Inilah yang dituturkan oleh sang koordinator komunitas fotografi Sangihe Muse Fotografer Sangihe (MFS), Fajar Gultom pada MANADONES siang tadi. “Fotografi, merupakan proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek, dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera, dan satu hal yang kami yakini bahwa memotret itu sama seperti melukis tetapi melukis menggunakan cahaya,” jelasnya.
Untuk itu, dibutuhkan kemauan sang fotografer untuk jeli melihat obyek, latar dan cahaya untuk menjadikan karya fotografinya menjadi menarik dan berbeda. “Jika seorang fotogtafer mau terus berusaha mencari dan mencari sudut-sudut pandang lain dan juga berpikir secara out of the box, maka ia akan menemukan banyak dan juga menghasilkan sama banyaknya,” ungkapnya.
Tidak hanya itu saja, Gultom juga menyebut bahwa MFS juga sering melakukan Hunting atau memgeksplore lokasi indah serta unik yang ada di Sangihe. Dia berharap MFS ikut membantu pengembangan potensi generasi muda Sangihe dibidang seni, dan juga melalui hasil karya foto, mereka bisa membantu pengembangan potensi pariwisata kabupaten kepulauan ini.
MFS sendiri diakuinya baru berusia setahun, dengan beranggotakan tujuh fotografer yang memiliki skill dan juga kemauan yang tinggi untuk terus berkarya. Harapannya, MFS bisa dilirik oleh pemerintah setempat dan diberikan wadah agar makin berkembang dan makin disukai para milenial daerah ini. Bravo.(Ryansengala)





