MANADO, 12 FEBRUARI 2023 – Bagi Merilla Rattu, Pantai Malalayang Manado punya peran tidak sedikit, dalam meningkatkan kemampuan dirinya sebagai salah satu dive guide terbaik di Manado, sejak enam tahun lalu.
Pada MANADONES, perempuan yang baru saja menyelesaikan studi D3 nya, di Politeknik Negeri Manado, Jurusan Pariwisata Program Studi (prodi) Wisata Bawah Air menyebutkan selain sebagai area pelatihan penyelaman untuk studinya, pantai yang berjarak sekitar 20 km dari Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado ini, juga dikenal sebagai kawasan pariwisata bawah air unggulan Sulawesi utara (Sulut).
“Bawah lautnya sangat menarik, kaya dengan ragam koral sehat dan aneka biota laut. Selain itu, kawasan ini mudah dijangkau karena berada dalam kota Manado,” kata Lala, panggilan akrab pemilik sertifikat selam PADI Divermaster.
Namun keindahan ini, sebut Lala telah terkontaminasi dengan aneka sampah plastik hasil buangan oknum tidak bertanggungjawab, dibeberapa spotnya. Hal ini, membuat Lala dan komunitas selamnya selalu membawa karung sampah saat melakukan aktivitas selam.
Bulan Januari lalu, Lala dan komunitas selamnya bekerja sama dengan klub selam di Kota Manado berhasil mengangkat 148,68 Kg sampah plastik yang ada di bawah laut Pantai Malalayang, dan memilahnya sebelum diserahkan pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado dan CV Daur Sinar Gemilang. Hasil ini, ditambahkan Lala tidak sepenuhnya mampu membersihkan kotoran terutama sampah di kawasan wisata ini, karena sampah baru setiap hari selalu terlihat hadir di permukaan kawasan ini, terangnya.
Salah satu peneliti kelautan dan perikanan dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPIK), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Prof Dr Ir Silvester Benny Pratasik MSc menuturkan kini sampah plastik makin mudah ditemui di spot spot unggulan bawah laut, di perairan Teluk Manado termasuk Pantai Malalayang.
Pratasik mengingat, bahwa dirinya mulai menggunakan Pantai Malalayang sebagai kawasan penelitiannya untuk suntung dan aneka biota laut pada tahun 2010, degan menggunakan 10 spot selam alami yang sehat, yang belum terkontaminasi sampah plastik. Namun di tahun 2022, kawasan penelitiannya kini makin mudah menemui sampah plastik dari yang ada di permukaan laut higga di dalam laut, serta makin banyak yang menutupi koral koral sehat.
Diapun berharap, sampah plastik yang makin banyak ditemui di perairan Kota Manado, harus segera diatasi. “Sangat penting peran pemerintah untuk mengatasi sampah sampah plastik di perairan dan bawah lautnya. Ikan kini memakan sampah sampah plastik. Ini berbahaya bagi habitat dan kita sebagai manusia,” ujar Prof Dr Ir Silvester Benny Pratasik MSc.
Kolaborasi antara pemerintah, pelaku pariwisata, penyelam dan masyarakat, ditambahkan Pratasik amat penting, agar kawasan perairan Teluk Manado terutama Pantai Malalayang tidak makin tercemar dengan sampah sampah plastik buangan warga yang tidak bertanggungjawab.
Salah satu peneliti dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kelas 1 Manado Kementerian Kesehatan RI, Alexander Wenas menjelaskan sampah plastik yang ada di laut akan menghasilkan mikroplastik, yang di komsumsi oleh ikan dan plankton. Jika mikroplastik dikomsumsi manusia, maka ini akan membuat manusia mengalami gangguan pernapasan dan gangguan pada organ lain seperti ginjal dan hati, terangnya. “Bila terpapar lama dengan mikroplastik, maka ini berpotensi memicu tumor hingga kanker pada tubuh,” sebut Wenas, yang juga dikenal sebagai salah satu peneliti kesehatan perairan laut.
Ini juga dikuatkan dengan data yang dari ECOTON, seperti yang dikutip dalam aliansizerowaste.id dimana diterangkan pada tahun 2018, telah mengindetifikasi adanya mikroplastik dalam fases pada 102 pertisipan yang tersebar di wilayah Indonesia. Diterangkan plastik sachet terdapat zat yang terkonfirmasi sebagai seyawa penganggu hormon seperti BPA dan phthalates.
Belum lama ini, MANADONES melakukan penyelaman di kawasan pantai ini di spot MUA yang letaknya tepat di depan terminal Malalayang, mulai di kedalaman dari 3 meter hingga 35 meter beberapa area menjadi tempat pembuangan sampah bawah laut telah menggunung.
Yang menakutkan adalah, ada kawasan aneka sampah yang telah menggunung di kedalaman 30 meter, yang ketinggiaan gunung sampah bawah laut ini mencapai 23 meter, amat mirip dengan tempat pembuangan akhir (TPA). Di area ini sampah plastik mulai dari plastik bekas makanan alias sachet plastik, kayu, masker bekas, pembalut bayi bekas, pembalut wanita, pakaian bekas hingga ban bekas bisa bisa ditemui teronggok di bawah laut.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey, dan Wakil Wali Kota Manado dr Richard Sualang saat dikonfirmasikan area TPA baru dan dampak negatif nya, secara spontan menerangkan akan segera menyiapkan program pembersihan sampah di pantai dan laut, karena area tersebut butuh penanganan khusus.
Kedua pemimpin ini juga sepakat untuk lebih giat melakukan kampanye jangan buang sampah plastik ke pantai dan laut. “Mari sama sama meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai, dan sama sama sadar bahwa plastik amat sulit terurai,” ajak Gubernur Olly, sembari menyebut butuh 50 tahun hingga 100 tahun lebih pada plastik untuk dapat terurai. (Foto dan teks: Gracey Wakary)