Hormon Hingga Asupan Gizi Berpengaruh pada Tinggi Badan Anak

Arsip foto - Petugas mengukur tinggi badan balita sebagai salah satu upaya kontrol dalam mencegah stunting atau tengkes di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (31/1/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna.

 

 

Bacaan Lainnya

 

 

 

JAKARTA, 14 MEI 2024 (ANTARA) – Ahli gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta mengatakan hormon pertumbuhan hingga asupan gizi dapat memengaruhi tinggi badan anak untuk terus tumbuh dan berkembang.

 

“Selain itu ada juga aktivitas fisik dan faktor genetik, meskipun untuk tumbuh optimal dibutuhkan makanan dengan nilai gizi yang berkualitas dan juga aktivitas fisik yang dapat merangsang pertumbuhan tulang sehingga dicapai tinggi badan yang optimal,” kata Ahli Gizi Fitri Hudayani SST, M.Gz saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin. Fitri menuturkan bila berdasarkan gender, anak laki-laki dapat tumbuh tinggi sampai usia 20 tahun, sedangkan anak perempuan sampai dengan 18 tahun. Selama masa tersebut, orang tua diharapkan dapat mengoptimalkan asupan gizi yang baik. Kalaupun terdapat kondisi pertumbuhan anak yang melebihi standar, Fitri menjelaskan ada beberapa faktor penyebab seperti produksi berlebihan dari hormon pertumbuhan yang berperan dalam pertumbuhan atau proses pemanjangan tulang, sehingga membutuhkan pengkajian khusus dari ahlinya.

Baca juga  Timnas U-19 Mendapat Dana Pembinaan Rp1 miliar dari Bank Mandiri

 

Terkait dengan mengoptimalkan asupan gizi anak dalam kondisi yang normal, orang tua bisa membantu menstimulus produksi hormon pertumbuhan dengan cara memberi makanan berprotein yang bersumber dari hewan atau nabati. Misalnya ikan laut maupun air tawar, daging unggas, daging sapi, telur, protein susu serta tempe, tahu dan sayuran berdaun hijau yang mudah dibeli oleh masyarakat di pasar. Selain itu, kalsium yang berperan dalam pertumbuhan tulang bisa didapat dari susu serta olahannya. Selama anak masih mengalami tumbuh kembang, Fitri mengatakan orang tua harus memperhatikan pengaturan pola makan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan usianya. Disertai dengan aktivitas fisik yang cukup sehingga seimbang antara makanan dan aktivitasnya.

Baca juga  Dokter Saraf Bagikan Cara Mengenali Gejala Neuropati

 

Termasuk memantau berat badan untuk mengetahui apakah anak memiliki berat badan berlebih (obesitas) atau tidak. “Hindari konsumsi gula yang berlebihan karena dengan konsumsi gula atau karbohidrat sederhana yang berlebih akan meningkatkan risiko obesitas dan diabetes melitus dalam keadaan tersebut dapat memengaruhi hormon pertumbuhan,” ujarnya. Sebelumnya, terdapat warta soal seorang anak laki-laki kelas 6 SD di Kabupaten Kerinci, Jambi yang tinggi badannya mencapai dua meter. Melalui banyak foto yang beredar di media sosial, tampak tubuh anak tersebut lebih besar dibandingkan anak-anak seusianya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor: Siti Zulaikha

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *