MANADO, 17 JULI 2025 – Kabupaten Minahasa, sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra dan lumbung beras untuk Nyiur melambai.
Namun beberapa bulan ini, Kabupaten terluas di Sulawesi utara (Sulut) mengalami defisit beras. Untuk itu, dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Minahasa yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Sulut, kemarin (16/7), di Tondano, dirangkaiankan penandatanganan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) Business to Business (B2B), antara Minahasa dan Bolaang Mongondow, untuk memenuhi kebutuhan beras.
Bupati Minahasa Robby Dondokambey, menyebut penandatanganan kerja sama B2B, antara Kabupaten Minahasa dan Bolaang Mongondow, diharapkan terbentuk rantai pasok antardaerah yang lebih kuat, peningkatan kinerja sektor riil yang merata, serta kontribusi yang lebih besar dari sektor perdagangan dan industri pengolahan terhadap struktur PDRB Kabupaten Minahasa.
Kepala KPw BI Sulut Joko Supratikto yang hadir langsung menyoroti tentang lahan pertanian di Minahasa yang rawan dengan cuaca dan mempengaruhi produktivitas hasil panen, dan berimbas pada rantai pasokan pada masyarakat. Diapun menyampaikan perlunya penguatan ketahanan pangan, khususnya bagi komoditas pangan strategis mulai dari beras, cabai dan bawang serta tomat.
“Melalui penandatangan KAD,ini bisa jadi jawaban untuk Minahasa menghadapi defisit beras,” ungkap Supratikto sambil menambahkan HLM TPID yang digelar, diharapkan sinergi antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia dapat terus diperkuat dalam mendukung stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Kabupaten Minahasa. (gracey wakary)




