Prosesi Ogoh – ogoh Bukti Keragaman Manado

MANADO – Kota Manado, makin menjadi kota yang penuh warna karena ragam budaya yang unik dan diterima oleh masyarakatnya. Seperti yang terlihat siang tadi, sepanjang ruas jalan Tikala, terlihat macet karena kendaraan, dan manusianya terlihat antusias melihat bagian kebudayaan dari Hindu Bali menyambut Nyepi, esok.

Di Lapangan Tikala, para umat Hindu dengan pakaian adat khas Bali, para perempuannya malah lengkap dengan pikulan yang dihiasi aneka macam buah dan bunga di kepala mereka. Mereka memenuhi area ibadah yang terletak tepat di depan Kantor Wali Kota Manado sejak pukul 10.30 Wita.

Bacaan Lainnya
Kabasaran juga ikut mengawal prosesi ritual Umat Hindu.(redaksi)

Selain para umat yang juga tampil sangat menarik dan gagah, pada ritual keagamaan ini, ditampilkan dua arak arakan yang khas yaitu dua Ogoh-ogoh yang berupa dua raksasa yang dipikul bersama umat pria. Kedua rupa yang terlihat buruk namun punya nilai sakral yang tinggi. Ogoh – ogoh yang dihadirkan adalah dua tokoh dalam kisah Hindu yakni Celuluk dan Kalawahya. Celuluk, merupakan sosok wanita yang identik dengan kejahatan, dan merupakan dayang-dayang dari Rangda. Sementara Kalawahya adalah anak dari Batara Kala yang terlahir dari laut.

Baca juga  Berkomitmen Lingkungan Bhineka Mancawisata Tanam 2.300 Bibit Mangrove di Pantai Paputungan Likbar

“Ogoh-ogoh mewakili roh jahat, dan ritual ini bertujuan untuk menyucikan lingkungan alami dari setiap polutan spiritual yang dipancarkan dari aktivitas makhluk hidup, termasuk manusia. Dinamakan Ogoh-ogoh artinya mengguncang dan mewakili kejahatan yang perlu dijauhkan dari manusia,” jelas Ketua Panitia perayaan Nyepi di Manado, I Made Sumadya pada Manadones.

Para perempuan yang membawa pikulan aneka warna ini juga ikut dalam pawai prosesi ritual ini. (redaksi)

Ogoh-ogoh wajib diguncang oleh para pembawa pikulan, agar warga Kota terhindar dari ancaman pembawa kejahatan  ini. Arak arakan ritual ini yang melewati Jalan Sudirman dan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Pusat Kota, juga diikuti oleh para Waraney yang menarikan tarian khas Kabasaran, serta Barongsai dan para pemuka agama di Manado yang tergabung dalam Badan Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSAUA) Manado

Baca juga  Menikmati si Klabat ala Kapolda dan Kakorlantas Polri
Tari Barong juga ditampilkan di ritual suci jelang Nyepi. (redaksi)

Setelah diarak, Ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol pemurnian diri. “Dengan membakar Ogoh-ogoh, umat Hindu artinya telah siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci,” jelas Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Manado, Ida Ketut Alit sembari menerangkan bahwa usai kegiatan ini umat Hindu kan segera masuk ke hari kesunyian. “Umat diharapkan untuk diam dan melakukan refleksi diri. Orang-orang tinggal di rumah dan tidak diizinkan untuk menggunakan lampu, menyalakan api, bekerja, bepergian atau menikmati hiburan,” ungkapnya.

Pemerintah Kota Manado yang diwakili oleh Asisten III Pemkot Manado, F Mawitjere mengucapkan selamat merayakan Hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, dan berharap warga Hindu bisa nyaman menjalankan ibadah mereka, dengan ikut menjaga kerukunan umat beragama. “Tidak ketinggalan kami mewakili pemerintah berharap agar ritual dan prosesi Ogoh-ogoh ini akan menjadi bagian dari keragaman budaya Manado untuk warga dan para wisatawan,” tuturnya. (Charencia Repie)

 

 

 

 

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Manadones di saluran WHATSAPP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *