MANADO – Wajah Maikel Tampi sempat berubah sedih, saat Juniza Paputungan merelakan, menyetujui penjualan miniature mobil antik dari Amerika Serikat (AS), yang terbuat dari tempurung kelapa pada salah satu tamu yang berkunjung ke rumah mereka.
“Saya tidak rela, tetapi Juniza berkilah, bahwa ini bisa menjadi langkah sukses kami untuk membuka usaha kerajinan tangan. Istri saya ini begitu yakin, dan saya pun walau berat hati merelakannya mobil antic yang adalah buatan tangan saya untuk hadiah HUT pernikahan kami,” tutur Maikel pada Manadones belum lama ini.
Dan apa yang diprediksi oleh sang istri tidak meleset, kerajinan tangan yang mereka produksi makin dilirik untuk dipesan. “Itu awal dari berdirinya Uka Handicraft, usaha kerajinan tangan kami hanya mengandalkan bahan local berkualitas yang terkenal di nusantara hingga mancanegara,” terang Juniza, yang menyebut awalnya usaha mereka ini dinamakan Wangun Waya dan bertempat di Desa Maumbi Kecamatan Eris, Kabupaten Minahasa tahun 2002 lalu.
Modal awalnya pun terbilang minim sekira Rp500 ribu hasil tabungan kedua pasutri yang memiliki latar belakang ilmu kerajinan tangan hasil Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) Manado, jurusan ukir kayu. “Kami juga sempat jatuh bangun namun kami yakin jika focus, dan terus berkarya sambl meningkatkan kualitas maka usah ini pasti akan maju,” terang Maikel. Keyakinan dan selalu mau untuk maju sambil terus belajar, Uka Handicraft akhirnya mampu mengambil sebagain pasar kerajinan tangan.
Usaha merekapun mulai naik daun, dan di lirik pemerintah daerah sebagai salah satu kerajinan khas Minahasa seperti kerajinan tangan miniature rumah Minahasa, piala kayu kelapa dan lain lain untuk dijual ke beberapa pameran muali dari Tondano, Manado, Jakarta, Surabaya hingga Mancanegara seperti ke Tokyo. Permintaan untuk produk mereka pun, meningkat hingga masing masing kerajinan mendapat 20 pesanan setiap minggunya.
Tahun 2008 dan 2009, kerajinan tangan mereka diborong untuk kepentingan dua agenda dunia yang digelar di Manado yaitu World Ocean Conference (WOC) dan Sail Bunaken. Hingga kini pasar nasional dan internasional terus memberikan pesanan pada hasil karya terbaik mereka, yang makin rutin setiap bulannya. “Bagi kami berusaha itu harus melihat kualitas. Semakin baik kualitas barang yang kita hasilkan, maka selalu ada pasar yang melirik dan membelinya. Serta jangan mudah patah semangat,” tegas Junizah intinya berusah dulu, jangan patah semangat. Bravo. (graceywakary)