Jilly Garang Menikmati Arus Laut jadi Pembuktian Perempuan Sulut yang Berdaya dan Kuat

Jilly J Garang SKom, dive guide perempuan Sulut dari Minanga Divers.

MANADO, 21 APRIL 2025 – Laut merupakan rumah kedua bagi Jilly Jaqueline Garang, 31, baginya berada dalam laut atau melakukan aktivitas menyelam adalah kebiasaan yang wajib dilakukan, dan bukan hanya sebatas hobi belaka.

 

Bacaan Lainnya

Pada MANADONES, pemilik gelar Skom dari Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ini menuturkan, laut telah lama menjadi sumber kehidupan bagi keluarga besarnya. Dia pun, sejak berusia SD telah dibiasakan oleh sang ayah, Reihart Garang untuk terlibat dalam menyiapkan kelengkapan selamnya. Pasalnya, sang ayah  dikenal sebagai salah satu penyelam senior Sulawesi utara (Sulut), serta penggerak dunia pariwisata bawah air Nyiur melambai, didikan maestro selam kenamaan Indonesia yang juga  penemu Taman Laut Bunaken, Loky Herlambang, saat menjadi guide selam para fotografer asal Taiwan dan Amerika Serikat.

 

Jilly saat berada di laut melaukan persiapan dan pengecekan alat yang akan digunakan tamunya.

“Biasanya papa sering meminta disiapkan masker dan fins nya saat malam sebelum melakukan aktivitas sebagai guide. Hingga kini, masih tetap saya yang siapkan,” tutur perempuan bersertifikat selam Dive Master ini.

Baca juga  Waspada Hingga Subuh 13 Kabupaten dan Kota di Nyiur Melambai Diguyur Hujan

 

Beragam tawaran pekerjaan di ibu kota sesuai pendidikan S1 nya, dengan disertai nominal gaji yang menggiurkan, tidak mampu menggoyahkan dirinya untuk tetap di Manado. Menurut Jilly pesona indah bawah laut Bunaken, Teluk Manado dan kawasan lainnya telah menjeratnya, serta tanggungjawab pada usaha keluarga yang telah dirintis oleh ayah ibunya, operator selam “Minanga Divers” yang memilki kantor di kawasan Lapangan Bantik Malalayang, Manado.

 

Uniknya, walau berstatus putri bos, di Minanga Divers, namun dirinya tetap wajib mengangkat tabung selam dari kantor ke mobil, ataupun dari mobil ke kapal dari trip selam yang sudah disiapkan, selain menjadi leader dive guide. “Usaha kami masih terbilang kecil, bukanlah yang besar. Jadi saya juga punya tanggungjawab, rasanya tak elok jika ayah dan ibu saya serta keluarga lain bersusah payah membesarkan Minanga sementara saya memilih jalan lain,” ungkap putri pertama Rein dan Elsye Runtuwene, sembari menuturkan sang ayah telah mendesaknya untuk bisa memilih pekerjaan yang disukainya, diluar dive guide. “Bagi saya menikmati arus laut, dan terus belajar melayani tamu untuk menghasilkan uang adalah yang menarik dan penuh tantangan. Sulut mengandalkan sektor pariwisata dan pemerintah terus mendukung kami, karena kontribusi pariwisata yang luar biasa. Jadi bagian untuk dunia pariwisata Sulut itu sebuah keuntungan, selain jadi pembuktian bahwa perempuan Sulut juga tangguh dan berdaya,” kata pebalap motor vespa jadul.

Baca juga  Kantor SAR Manado Lakukan Nota Kesepahaman untuk Minimalisir Lakalantas Udara

 

Saat ini disebut Jilly, makin banyak perempuan Sulut yang memilih berprofesi di dunia pariwisata. Kualitas mereka disebutnya tak kalah dengan dive guide pria. “Tabung 12 kg itu hal biasa untuk kami pikul. Tapi jangan coba coba lakukan pelecehan pada kami, perempuan. Karena kami perempuan kuat, dan berotak. Arus laut saja kami hadapi,” tegasnya sambil tertawa. Saat ini, di Minaga Divers  memperkerjakan tiga penyelam perempuan yang juga memiliki sertfikat selam seperti dirinya, walau berstatus dive guide harian alias dibayar harian, dan dikhususkan pada area penyelaman Manado dan Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). “Karena ada yang memang masih kuliah, dimana mereka bekerja pada kami hanya saat ada waktu lowong kuliah, dengan alasan utama menambah uang harian untuk kuliah sekaligus menyalurkan hobi alias healing ala mereka, mahasiswa,” tutup atlet selam Sulut ini. Kartini penyelam. (graceywakary)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Manadones di saluran WHATSAPP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *