MANADO, 7 MEI 2025 – Bagi Helen Vyanessa Ribca Oroh, menempuh pendidikan tinggi di Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta, dengan mengambil program studi (prodi) Teknologi Rekayasa Mekatronika (TRMK), adalah pilihan sejak dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Bukan tanpa alasan, bagi atlet selam andalan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi utara (Sulut) ini, ia sangat nyaman belajar tentang aspek elektrikal dan rekayasa mekanik untuk digunakan dalam proyek-proyek pembuatan seperti peralatan instrumentasi, mesin industri dan perakitan robot. Dan, untuk mendapatkan pengetahuan yang senanginya, diapun rela memilih prodi yang ada di Pulau Jawa, tepatnya di Surakarta, meninggalkan Manado dan orang tuanya.
Keputusan ini, membuat mahasiswi kelahiran tahun 2004, harus hidup berjauhan dengan keluarga tercintanya. Dan sebagai mahasiswi yang belajar di perantauan, kondisi keuangan Helen bisa disebut tidak kurang dan tidak lebih. Selain itu, Surakarta bukanlah daerah kawasan laut, yang membuatnya bisa berprestasi dan menghasilkan uang di nomor selam laut dan kolam untuk menambah keuangannya secara pribadi. “Kami bukan keluarga kelas atas, keluarga saya adalah pendidik, Mama seorang dosen dan Papa memiliki usaha kecil. Walau saya anak satu satunya, tapi untuk pengeluaran keuangan harus jelas. Jajan saya dibatasi,” ungkap nya pada MANADONES belum lama ini.
Tidak heran, jiwa wirausahanya muncul. Saat semester V lalu, saat prodinya banyak melakukan kegiatan luar kampus, Helen melihat peluang dan tantangan untuk bisa menambah dana bagi kuliahnya. “Saya menjajakan kue khas Manado buatan tangan saya, dan ternyata berhasil,” kata pemilik sertifikat pemecahan rekor dunia selam dari Guinness World Records (GWR) 2019 lalu. Alhasil diapun mendirikan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan nama FlavorHub yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Dapur L-10, dengan mengeluarkan modal awal sebesar Rp150.000 plus mengingat rasa, pecinta Anime inipun mencoba masuk dapur untuk membuat kue.
Awalnya, UMKM FlavorHub ini menyasar para sesama mahasiswa di Politeknik ATMI Surakarta, namun pada Desember 2025 porsi jualan Helen bertambah. Dimana pesanan pada kue khas berbahan dasar kelapa dan air kelapa ini, ternyata diminati dan dijadikan sebagai kue utama saat hajatan. “Waktu mencoba awal, sebelum dilakukan penjualan secara umum saya sempat mengalami dua kali hasil yang tidak sesuai, untungnya ini hanyalan percobaan dan belum untuk dijual. Seperti kata Mama, harus mengunakan kelapa yang bagus dan harus kita pilih sendiri,” ucapnya, sembari menyebut untuk adanya 1 tenaga bantuan dari keluarga jauhnya yang juga menetap berdekatan dengannya di Surakarta.
Dari jualan Klapertaart nya ini, Helen mampu mendapatkan keuntungan yang disebutnya menjadi tambahan untuk membeli buku buku yang dibutuhkanya saat kuliah nya, yang kini masuk semester VI. Per porsi Klapertaart dengan ukuran 5X5 cm dijualnya Rp10.000 sementara di ukuran 12X10 cm dijualnya dengan harga Rp25.000. Uniknya Helen hanya membuka FlavorHub ini setiap Sabtu dan Minggu berdasarkan pesanan, dengan kriteria 25 porsi kecil dan 10 porsi sedang. “Ternyata menjadi mandiri dengan membuka usaha kecil itu menguntungkan saya. Kini saya juga sedang mencoba membuat alat khusus membuat Klapertaart,” tambahnya sambil tersenyum. Bravo Helen. (Gracey Wakary)