JAKARTA, 26 MEI 2025 – Koordinator PBB di Indonesia Gita Sabharwal mengatakan sektor swasta dapat membantu kekurangan pembiayaan sekitar 1,7 triliun dolar AS (setara Rp27.664 tirliun) untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) selama lima tahun ke depan.
“Kami perlu sektor swasta untuk turun tangan dan memainkan peran penting dalam mengisi kekurangan pembiayaan tersebut. Yang menggembirakan, di Indonesia, sektor swasta memainkan peran penting,” kata Sabharwal di Jakarta, Minggu. Dia menyampaikan hal tersebut dalam forum bisnis internasional “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals” yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum Sustainable Development di Jakarta.
Menurut Sabharwal, sektor swasta di Indonesia memiliki peran penting dalam mencapai SDGs karena mereka berkontribusi sekitar 83 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menciptakan sembilan dari 10 pekerjaan. Karena itulah, PBB bekerja sama dengan sektor swasta dengan memanfaatkan Jaringan Global Compact Indonesia (IGCN) yang beranggotakan hampir 161 perusahaan, dengan basis aset sedikit di atas 250 miliar dolar AS (setara Rp4.065 triliun). “Kami juga memiliki setengah dari perusahaan-perusahaan ini yang berinvestasi dalam peningkatan metrik ESG sebagai bagian dari jenis operasi bisnis inti mereka,” ujar Sabharwal.
Dia melanjutkan bahwa dari perusahaan-perusahaan itulah mereka menemukan kendala terbesar saat ini adalah pembiayaan untuk operasi “Environmental, Social and Governance” (ESG). Untuk mengatasi kendala tersebut, PBB melakukan beberapa hal, ujar Sabharwal, salah satunya adalah menciptakan titik masuk di kawasan industri dengan berinvestasi untuk memastikan bahwa kawasan industri memenuhi standar lingkungan internasional dan standar ekologi. Pihaknya memperkenal teknologi terbaik yang tersedia dan praktik lingkungan terbaik, yang membantu mengurangi emisi dan penggunaan sumber daya, baik itu energi maupun air, kata Sabharwal.
“Apa pun sumber dayanya, kami membantu mengurangi penggunaan sumber daya,” tambahnya. Pihaknya memperkenalkan mesin pemulihan minyak yang ditingkatkan untuk pabrik pupuk, akuakultur cerdas, meteran air cerdas untuk akuakultur, dan lain-lain, katanya lagi, menambahkan bahwa produsen sangat cepat mengadopsi teknologi tersebut dan meningkatkannya dengan biaya sendiri. Sabharwal pun menegaskan bahwa PBB di Indonesia bekerja sama erat dengan pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam obligasi SDG, obligasi hijau, cakupan hijau dan obligasi biru.
“Selama empat tahun terakhir, kami telah memobilisasi sekitar $11,6 miliar yang telah digunakan untuk investasi infrastruktur berkelanjutan di bidang pendidikan, kebijakan luar negeri, pembangunan lingkungan, untuk konservasi, untuk konservasi laut, untuk transportasi berkelanjutan, dan lain-lain,” jelasnya. Menurut Sabharwal, pendanaan tersebut telah membantu mengurangi emisi lebih dari satu persen, yang berarti lebih dari 10 miliar pon (setara 4,5 miliar kilogram) emisi listrik, dan telah mendukung 26 juta orang di seluruh negeri. Pihaknya bekerja sama dengan dua perusahaan sektor swasta di Indonesia untuk berinvestasi dalam obligasi SDG dan obligasi hijau, baik uang yang dimobilisasi digunakan untuk energi dan infrastruktur berkelanjutan berbiaya rendah, ujar Sabharwal.
Sabharwal mengatakan pembiayaan tersebut merupakan model pembiayaan inovatif yang PBB kerjakan dengan sektor swasta dan dirinya berharap dapat berdiskusi dalam merancang mekanisme inovatif yang sesuai kebutuhan bisnis dan keberlanjutan. Dalam forum bisnis internasional “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals”, Pakta Global PBB (UNGC) meluncurkan Pernyataan Bersama dan sembilan proyek kerja sama antara Indonesia dan China di Jakarta, Minggu. Pernyataan bersama dan proyek kerja sama tersebut diluncurkan dengan tujuan untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Pewarta : Cindy Frishanti Octavia
Editor : Zaenal Abidin