Bersyukur Melalui Tarian Maengket Mahamba

MANADO – Alunan nada panjang dari tambor yang dimainkan secara manual, menjadi kode bagi para 25 penari Maengket Mahamba dari Suku Bantik (yang merupakan sub suku dari Minahasa), untuk memasuki arena dan menari.

Cuaca cerah dipukul 13.30 Wita, yang menyebabkan arena yang menjadi tempat menari mereka panas, ternyata tidak membuat para penari berjenti atau memilih untuk menggunakan alas kaki. Mereka tampak biasa saja, tanpa terlihat kesakitan ataupun menahan rasa sakit.

Bacaan Lainnya
Baca juga  Untuk Alam Komunitas Hijau Kitorang Bagibagi Pohon Buah
Para penari wajib bertelanjang kaki untuk menarikan Maengket Mahamba dari Sub Suku Minahasa, Bantik.

Tarian ini pun terbagi dari enam sesi dalam satu kesatuan, setiap sesi para penari melakukan pergantian formasi tarian dengan petujuk melalui gerakan tangan dari pimpinan tarian yang disebut Kapel. Oleh Ketua Aliansi Masyarakat Bantik Sulut, Denny Sege disebutkan, menarikan Maengket Mahamba tidak boleh setengah hati dan atau main main. “Karena tarian ini, merupakan tarian sakral yang menandakan rasa syukur manusia pada Yang Esa atas berkah berlimpah yang diberikan,” tuturnya, saat ditemui siang tadi dalam perayaan Festival Pinawetengan 2019 yang digelar di Pa’Dior Tompaso Kabupaten Minahasa siang tadi.

“Harus benar benar menghayati tariannya, karena ini adalah lantunan dan gerakan penyembahan manusia atas berkat dari Yang Esa. Mereka para penari harus bertelanjang kaki, agar bisa merasakan langsung hubungan antara bumi, tubuh manusia dan yang Esa melalui hembusan nafas,” tambahnya.

Baca juga  Gandeng Komunitas Selam Lantamal VIII Gelar Bersih Pantai dan Laut

Menurut Irjen Pol (Pur) Benny Mamoto, Festival Watupinawetengan 2019 ini, memang menjadikan sub suku Minahasa, Bantik sebagai ketua penyelenggara festival adat budaya tahunan yang memang selalu dan rutin digelar di tiap tanggal 7 Juli. “Kita harus menjadikan adat dan budaya sebagai salah satu pegangan dalam kehidupan bermasyarakat. Jangan sampai kita lupa,” owner dari Pa’Dior. So, semangat mencintai budaya harus tetap kita jaga. (graceywakary)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Manadones di saluran WHATSAPP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *