MANADO – Virus Corona, yang kini menjadi momok menakutkan di dunia internasional ternyata belum memberikan efek yang signifikan dalam sektor pariwisata Sulut awal 2020 ini.
Ini disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulut, Arbonas Hutabarat dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota Se-Sulut, yang digelar sore tadi di Kantor KPw BI Sulut, Manado. “Bayangkan saat Virus Corona memukul sektor Pariwisata, yang dalam Badan Pusat Statistik (BPS), hanya tercatat sebagai sektor makan minum, perhotelan dan sebagainya, pengaruhnya hanya sekitar 0,34 persen. Kita memiliki beberapa sektor unggulan dan komoditas yang masih bisa terus menopang Pertumbuhan Ekonomi (PE) seperti perkebunan melalui komoditas kelapa, harga kelapa yang sempat naik bulan lalu sangat berpengaruh pada sektor perdagangan,” tutur Arbonas.
untuk itu, dia juga menyebut bahwa PE di Sulut ditopang bersama oleh 15 kabupaten Kota yang ada selain pemerintah provinsi. “Itu tanggungjawab kita bersama,” ungkapnya sembari membeber data kestabilan ekonomi di Sulut yang tetap harus dijaga walau memilikikemampuan diatas Pulau Jawa kecuali DKI Jaya dan Jogjakarta.
Sementara Gubernur Sulut, Olly Dondokambey mengingatkan agar masyarakat Sulut harus dikontrol daya belinya. “Selain Manado, Bitung dan Kotamobagu harus kita kontrol, karena mereka ini adalah daerah yang kini menjadi penyumbang tertinggi inflasi di Sulut. Saya masih yakin Sulut akan kuat dan akan lebih baik dari sebelumnya di tahun 2020 ini,” tegas Olly.
Gubernur juga menegaskan betapa pentingnya pengendalian infaslasi Sulut, dia berharap para ibu yang tergabung dalam TP PKK hingga perorangan bisa ikut berkontribusi nyata dalam program TPID Sulut, melalui kegiatan menanam bawang cabe alias rica dan tomat yang menjadi pemicu inflasi. (graceywakary)