JAKARTA, 7 FEBRUARI 2021 — Dilatarbelakangi oleh rasa tanggungjawab pada negara dan masyarakat di masa pandemi ini, membuat beberapa pakar dan praktisi kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang telah tergabung dalam Health Collaborative Center (HCC), yang juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), berinisiatif membantu pemerintah dengan membentuk Klub Okupasi.
“Bnyak penelitian, dan kajian epidemiologis membuktikan peran tenaga medis di tempat kerja dengan kapasitas K3 bidang kedokteran kerja atau occupational medicine semakin penting untuk mitigasi pandemi. Inilah, yang membuat HCC sebagai suatu platform edukasi dan advokasi bidang kedokteran komunitas dan kedokteran kerja, meluncurkan Klub Okupasi, sebagai media Navigasi Kesehatan Pekerja Dimasa Pandemi,” jelas Founder dan Chairman Health Collaborative Center dan Inisiator Klub Okupasi, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK dalam rilis media HCC malam kemarin.
Salah satu lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Unsrat, yang sempat terjun di dunia jurnalistik ini menerangkan juga Klub Okupasi ini, dibentuk untuk memfasilitasi dokter dan penanggungjawab kesehatan pekerja di perkantoran, pabrik dan industri lainnya dalam memastikan penerapan protokol kesehatan yang solid selama masa pandemi. “Ini sebagai salah satu klaster yang lokus transmisi Covid-19, dokter perusahaan dan penanggungjawab K3 wajib dibantu dan difasilitasi dalam mengimplementasikan panduan pencegahan dan mitigasi Covid-19 yang berbasis bukti ilmiah serta terukur dan efektif.Tujuan akhirnya agar proses bisnis tetap berjalan namun pekerja tetap sehat dan produktif,” kata dr Ray, saat acara peluncuran Klub Okupasi
Sabtu sore kemarin yang digelar secara virtual.
Menurut Dr Ray, yang merupakan Sekretaris Umum Iluni Kedokteran Kerja FKUI bahwa dokter perusahaan dan departemen sumber daya manusia wajib bertukar ‘best practice’ penerapan protokol serta saling update mitigasi kasus – kasus Covid-19 pada pekerja secara lintas industri. Sehingga dapat memperkecil radius transmisi kasus dari lingkunga kerja ke komunitas yang lebih luas terutama ke keluarga. “Itu sebabnya kami dari HCC terpanggil untuk membentuk Klub Okupasi yang non-profit, agar dokter perusahaan dan penanggungjawab kesehatan di tempat kerja memiliki platform untuk berinteraksi dengan sesama kolega dan akademisi, serta tentu saja pemerintah yang menjadi mitra utama wadah ini,” ungkap dokter yang pernah menjadi Reporter TVRI Manado.
Sementara itu, inisiator Klub Okupasi HCC lainnya yang juga Konsultan Kedokteran Okupasi dr Yitro AC Wilar, MKK, SpOk menjelaskan, selain untuk perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja selama masa pandemi, pekerja yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 juga perlu mendapatkan intervensi dan penanganan berkesinambungan, mengingat efek Covid-19 bisa jangka panjang dan berpotensi memengaruhi kesehatan dan produktivitas pekerja di masa mendatang.
Senada juga diterangkan oleh dr Yitro yang juga Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Okupasi (Perdoki) dan lulusan Faked Unsrat Manado ini menegaskan perusahaan banyak kehilangan jam kerja karena karyawan terkonfirmasi Positif COVID-19 dan harus menjalani isolasi, begitu pula dengan Kontak Erat yang dihasilkan dari setiap kasus Positif karena harus menjalani Karantina. “Sehingga dokter perusahaan dan manajemen harus di berikan pengertian bahwa Kasus Covid 19 yang telah memenuhi kriteria Selesai Isolasi harus segera dinilai kelaikan untuk kembali bekerja,” ujarnya.
Dr. Ray Wagiu Basrowi dan dr. Yitro Wilar berharap dengan hadirnya Klub Okupasi HCC dapat memfasilitasi dokter perusahaan, penanggungjawab sumber daya manusia dan manajemen tempat kerja, baik perkantoran, pabrik serta instansi swasta dan pemerintahan untuk melakukan ‘practical review’ dan ‘case discussion’ baik secara daring maupun pendampingan langsung, terkait kesehatan pekerja selama masa pandemi ini, lebih khusus membantu pemerintah menanggulangi pandemic Covid-19 di Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) Andre Rahadian, SH, LL.M yang secara optimis menyampaikan Maret 2021 mendatang, Pemerintah akan selesai vaksinasi untuk Nakes, kemudian dilanjutkan dengan pejabat publik dan masyarakat rentan. “Target optimisnya awal tahun 2022 diharapkan sudah akan mencapai 70 % rakyat Indonesia selesai divaksin. Namun jika ada masalah teknis dalam proses vaksinasi, mungkin akan selesai akhir tahun 2022,” ujarnya. (graceywakary)





