10 Bahasa Daerah di Sulut Tidak dalam Kondisi Aman

Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulut, Januar Pribadi SIP MM.

MANADO, 13 MARET 2024 – Berdasarkan hasil pemetaan, oleh  Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI,  Provinsi Sulawesi utara (Sulut) memiliki 10 bahasa daerah.

 

Bacaan Lainnya

Ini, diungkap oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulut, Januar Pribadi SIP MM, saat memberikan sambutan di Rapat Kordinasi Antarinstansi dalam Rangka Revitalisasi Bahasa Daerah, yang digelar di hotel Luwansa pagi tadi. Ke-10 bahasa daerah ini adalah, bahasa Bantik, bahasa Bolaang Mongondow (Bolmong), bahasa Gorontalo, bahasa Melayu, bahasa Minahasa, Bahasa Minahasa Tonsawang, bahasa Minahasa Tonsea, bahasa Pasan, bahasa Ponosakan dan bahasa Sangihe Talaud (Satal). Namun, menurut Januar, tidak seluruh bahasa daerah ini dalam kondisi aman.

Baca juga  realme 13 Series 5G Meluncur 17 Oktober 2024 di Indonesia

 

Pasalnya, dari tahun ke tahun penutur bahasa daerah makin berkurang, pengenalan sastra daerah oleh generasi lama pada generasi muda terus menurun. “Ini sangat disayangkan, mengingat bahasa daerah, merupakan warisan budaya bangsa yang sangat berharga,” kata Januar dihadapan 41 peserta yang diundang hadir dalam rakor ini.

 

Rapat Kordinasi Antarinstansi dalam Rangka Revitalisasi Bahasa Daerah, yang digelar di hotel Luwansa pagi tadi.

Untuk itu, sebut Januar, salah satu langkah yang dilakukan Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa, yang membawahi Balai Bahasa Provinsi Sulut, dalam upaya pelindungan bahasa daerah adalah program revitalisasi bahasa daerah. Program ini, diluncurkan langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim untuk Merdeka Belajar Episode ke-17, pada 22 Februari 2022 lalu. “Di tahun 2024 ini, bahasa Minahasa Tonsawang yang akan menjadi bahasa daerah pertama yang masuk dalam revitalisasi ini,” tambahnya.

Baca juga  Kunjungi Unsrat Dubes Spanyol Tawarkan Kerjasama Tingkatkan SDM

 

Program revitalisasi bahasa daerah ini, mendapat dukungan dari salah satu budayawan Sulut dari Universitas Sam Ratulangi, Fredy Wowor SS MTeol, yang ikut hadir. “Ini sangat penting, dan harus mendapat dukungan semua pihak, jika kita biarkan maka kita sama saja menghilangkan harta bernilai milik kita,” ucapnya. Ungkapan serupa, juga dituturkan salah satu sastrawan berbahasa Minahasa dialek Tountemboan di Minahasa Selatan, Drs Veky Rondunuwu, yang turut hadr di rakor ini. “Saya juga mendukung langkah kementerian dalam mendorong bahasa daerah di revitalisasi. Ini wajib dan kami juga berharap, para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah ikut mendukung penuh,” tambahnya. (graceywakary)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *