AIRMADIDI – Tangan Andea Tunas, begitu mantap mengajak para penari maengket dari SD Watutumou 2 untuk berbaris dan mulai melakukan gerakan untuk persiapan masuk dalam babak pertama, Maowey Kamberu dari tari Maengket.
Setelah berputar putar mengukuti tabuhan tambor dari salah satu guru pembina mereka, Andrea pun memimpin teman teman nya yang berjumlah 22 orang, untuk masuk dalam babak pertama tarian khas Nyiur Melambai. Menari maengket dan tari tumatenden sudah jadi kegiatan kami hampir setiap hari. Karena semua anak anak SD, wajib untuk tahu tarian ini,” kata Andrea pada Manadones usai menyelesaikan tarian mereka. Menurut anak sekolah dasar ini, siang tadi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minut menggelar lomba menari tradisional, Maengket dan Tumatenden. “Saya bangga pada anak anak kita, mereka begitu mencintai budaya yang mereka miliki,” tutur Bupati Minut, Vonnie Aneke Panambunan (VAP) usai melihat langsung tampilan tim Andrea, dalam lomba tari yang digelar oleh Pemkab Minut siang tadi di Kantor Bupati Minut.
Menurut Kabag Humas dan Protokol Pemkab Minut, Chresto Palandi dua tarian daerah ini, akan terus dijaga dan dijadikan sebagai tarian adat yang selalu dihadirkan dalam setiap agenda kegiatan Pemkab Minut. Tarian Tumatenden sendiri adalah tarian yang diangkat dari cerita rakyat Minut, yang berlokasi di Airmadidi. Dalam cerita tersebut menceritakan tentang cinta seorang pemuda bernama Mamanua, pada salah satu bidadari yang bernama Lamalundung yang kemudian mencuri selendangnya agar Lumalundung tidak kembali lagi ke khayangan. Namun Lumalundung akhirnya kembali ke khayangan dan meninggalkan seorang anak pada Mamanua untuk dipelihara.
Karena tidak mampu memendam cintanya pada Lumalundung, Mamaua kemudian membuat kolam sembilan pancuran, dengan harapan para bidadari bisa datang kembali dan mandi disana. Kolam sembilan pancuran tersebut kemudian dinamakan Tumatenden.
Sementara, tari Maengket ini dulunya ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya masyarakat Minut dan Minahasa secara keseluruhan, tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan kebahagiaan masyarakat atas hasil panen yang mereka dapatkan. Dalam pertunjukannya, Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak dan Lalayaan. Pada babak Maowey Kamberu menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen mereka yang melimpah. Kemudian pada babak Marambak menggabarkan semangat gotong royong masyarakat Minahasa. Sedangkan pada babak Lalayaan menggambarkan pemuda dan pemudi Minahasa dalam mencari jodoh atau bisa disebut juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa pada zaman dahulu.(graceywakary)