MANADO – Warga Sulawesi Utara (Sulut), juga harus makin waspada karena kini telah menjamu adanya 123 perusahaan financial technology (fintech) illegal di Indonesia, hasil temuan tim Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK),per September 2019 lalu.
Ini membuat perusahaan Fintech legal pun meradang karena membuat usaha mereka mulai tidak dipercaya. “Di era teknologi saat ini, masyarakat dapat begitu mudahnya mengakses berbagai informasi, terutama melalui sosial media. Hal ini yang lantas harus disikapi secara cermat karena pada awalnya banyak dari fintech ilegal yang memanfaatkan kekurangpahaman sebagian masyarakat melalui penyebaran informasi melalui berbagai kanal atau website. Meningkatkan literasi keuangan menjadi salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak agar masyarakat semakin bijak dalam memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan secara digital,” jelas Akshay Garg, Co-Founder dan juga CEO dari Kredivo, salah satu platform kredit digital yang pertama kali terdaftar resmi di OJK sejak 2018 lalu, dalam rilis yang mereka kirim pada Manadones siang tadi.
Dia kemudian menyebut, Kredivo selaku pelaku industri resmi berupaya untuk memaksimalkan peran, dalam turut meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia melalui inovasi produk dan layanan. “Kami juga memahami pentingnya sinergi bersama asosiasi dan regulator dalam meningkatkan literasi keuangan dengan bersinergi, agar masyarakat terhindar dari maraknya praktik fintech ilegal. Hal ini juga menjadi penting guna membangun ekosistem digital society di Indonesia yang lebih kondusif dan berkelanjutan,” ungkap Akshay.
Dari data OJK pada Juli 2019 menyatakan terdapat lebih dari 11 juta pengguna fintech lending di Indonesia, dengan jumlah akumulasi penyaluran pinjaman yang dikucurkan oleh fintech mencapai 49,79 triliun rupiah atau meningkat 119,69% dibanding dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya. Jadi mari makin waspada dan jeli. (graceywakary)
