MANADO, 18 JULI 2022 – Angka Kemiskinan di Sulawesi utara (Sulut), yang makin menurun dibanding pada tahun lalu, dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), belum lama ini, harus tetap diwaspadai.
Pengamat Ekonomi Sulut, Noldy Tuerah PhD menjelaskan bahwa, salah satu alasan penurunan angka kemiskinan ini karena telah terjadinya perubahan struktur kemiskinan di sulut, serta ekonomi yang semakin membaik di era pandemik.
Namun, kata Noldy perubahan kemiskinan sedikit membaik, harus disikapi dengan cermat dan hati hati. Pasalnya, inflasi di Indonesia sudah mencapai sekitar 4 persen. “Ini, diperkirakan akan terus meningkat, karena pengaruh ekonomi dunia yang semakin sulit. Jadi, Sulut harus berhati hati. Minimal menjaga prodosuksi pangan daerah dan mengurangi impor,” tuturnya.
Selain itu, mantan dosen ini juga menerangkan bahwa selain inflasi, masyarakat juga berhati hati dengan perubahan iklim yang mulai dirasakan kini. Dimana, ini akan mempengaruhi pertanian dan perkebunan, jika terjadi gagal panen
“Intiya, keadaan ekonomi Sulut hatus terus diperbaiki,” terang University of British Columbia, Canada ini sembari mengungkap bahwa kegiatan sempat sedikit berubah, karena pemerintah pernah melonggarkan ekonomi, dengan tidak menggunakan masker. Namun, sekarang diwajibkan kembali.
Noldy kemudian menegaskan bahwa, pemeritah dan warga bisa terus bersinergi dan sabar, agar roda ekonomi bisa di kontrol kembali. “Maka, jumlah penduduk miskin akan bisa semakin ditekan ke arah 1 digit. Ini adalah tahun tahun yang menantang ekonomi daerah,” tambahnya.
Seperti diketahui, belum lam ini BPS Sulut mengeluarkan data dimana persentase penduduk miskin di Sulut makin menurun. Penurunan penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 7,28 persen, menurun 0,08 persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,49 persen poin terhadap Maret 2021. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 185,14 ribu orang, menurun 1,4 ribu orang terhadap September 2021 dan menurun 11,21 ribu orang terhadap Maret 2021. (graceywakary)